Klub Menulis SMANCIL Gembira

Klub ini sekaligus dijadikan salah satu ekskul di sekolah ini. Keberadaan KMSG tidak lepas dari kegiatan majalah dinding (mading) dan kegiatan ilmiah remaja (KIR) yang telah ada sejak 1996.
“KMSG didirikan tidak lepas dari visi sekolah yaitu terdepan dalam prestasi, kreatif, inovatif dan agamis. Selain itu menulis adalah salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa, “ tambah Wakasek Kesiswaan SMAN 1 Cilegon Asep Mansyuri.
Tidak ada persyaratan khusus bagi siswa yang hendak menjadi anggota KMSG. “Kami hanya melakukan pelatihan bagi anggota baru dari penulis-penulis senior yang sengaja kami datangkan, seperti Gola Gong, Toto st Radik, atau berkunjung ke kantor media massa yang ada di sini” kata Wakil Ketua KMSG Annisa Trisdianti.

Sudah banyak kegiatan yang dilakukan KMSG, mulai bedah buku, pelatihan menulis, temu penulis. ”Kita menampung karya teman-teman ke dalam buletin Medistra yang kami kelola,” tambah siswa yang duduk dikelas 12 IPA 3 ini.

Dalam pengelolaan buletin yang diterbitin sebulan sekali ini, para pengurus KMSG menghimpun karya siswa dan guru berbentuk artikel, cerpen, puisi atau tips-tips “Dari mulai rapat proyeksi hingga lay out (mendesain) dan pendistribusian buletin semuanya dilakukan anggota KMSG, “ tambah Annisa.
Klub menulis ini sudah banyak melahirkan penulis-penulis muda berbakat, diantaranya adalah Asri Surtayati, peraih penghargaan penulis favorit pada Lomba Menulis Lingkungan Hidup yang diadakan IPB Bogor tahun 2004. Pribadi Setiawan, peraih Penghargaan Penulis Muda Terbaik yang diadakan Yayasan Indonesia Maju Bersatu pimpinan Jendral Wiranto tahun 2004, Yuanita Utami, peraih Young Writers Unicef Award yang diberikan UNICEF pada 2006, dan Ana Restiana yang mendapat Juara III lomba penulisan cerpen dalam bulan bahasa yang diadakan Untirta. (fauzi/ pers kampus/Radar Banten)

Smancil Dan Majalah UMMI

10 Agustus 2005 - 01:23 (Diposting oleh: Rumah Dunia)
[Jurnal #141] SMANCIL DAN MAJALAH UMMI
Oleh Muhzen Den

Memasuki minggu pertama bulan Agustus, Rumah Dunia kedatangan tamu dari dalam dan luar kota, serta kiriman surat dari berbagai intansi pendidikan. Kami bersyukur atas undangan dan tamu-tamu yang datang ke Rumah Dunia, sebab semakin banyak yang datang, berarti Rumah Dunia semakin banyak yang tahu. Berarti virus menulis dan membaca serta pentingnya kita berkesenian di sela-sela rutinitas hidup sudah menjalar ke mana-mana seperti flue burung. Hanya perbedaannya, kalau virus yang disebarkan Rumah Dunia perlu disupport, berbeda dengan flue burung yang harus diberantas.

DIKLAT
Hari Minggu (7/8), sekitar jam sembilan kami kedatangan tamu dari SMA Negeri satu Cilegon. (SMANCIL), yang mengadakan Diklat Jurnalistik dan Fiksi. Kami sebagai tuan rumah yang dikunjungi menyatakan siap! Selama keinginan itu menyangkut dengan apa yang kita lakukan selama ini, yaitu mengajarkan tentang tata cara menulis yang baik dan memberikan beberapa spirit serta stimulan-nya, agar ilmu yang kita punya tidak mubadzir.

Sebelumnya SMANCIl pernah mengadakan Diklat seperti ini tahun lalu, tempatnya di sekolah mereka sendiri. Pemrakarsanya adalah Asri Sutaryati (sekarang alumni Smancil dan peserta kelas menulis Rumah Dunia angkatan ke-4) yang membikin Klub Menulis Smancil Gembira. Diklat sekarang dimotori oleh Yuanita Tami (peserta kelas menulis ke-4).

Acara Diklat Jurnalistik yang diberi judul “How Fun to be a Jurnalist”, ketua pelaksananya Nasri Nadrotul Syarifa dan wakilnya Lingga Pramsety. Pemateri Qizink La Aziva dan Ibnu Adam Aviciena. Sebelum acara dimulai Gola Gong memperkenalkan para voluntir Rumah Dunia, keluarga dan orangtuanya. Juga wawasan dunia tulis-menulis serta profesi menulis yang sangat menjanjikan. Berlanjut dengan perkenalan dari peserta Diklat itu sendiri. Tidak lupa Gong bertanya kepada salah satu ketuapelaksana, tentang maksud dan tujuan mereka mengadakan diklat di Rumah Duniai. Nasri sebagai ketua menjawab, ”Maksud SMANCIL ke Rumah Dunia untuk menambah wawasan dalam Jurnalistik serta meneruskan tongkat kepengurusan KMSG tahun lalu.”

Diklat kemudian bergulir. Qizink yang PJ Sastra dan Juralistik serta wartawan Radar Bentan memaparkan tentang teori jurnalistik; unsur berita (5W + 1H) dan nilai berita. Disambung Ibnu dengan lay- out dan tatacara membuat jurnal serta majalah dinding. Para peserta dengan antusias mengikuti materi tersebut. Pada akhir acara Ibnu memberikan tugas praktek langsung membuat mading dan Jurnal. Dengan menyisahkan waktu sedikit sekitar satu jam lebih plus istirahat.

EMPIRIS
Dzuhur telah lewat. Peserta Diklat masih bergelut dengan tugasnya. Beberapa orang dari kelas menulis angkatan ke-6 berdatangan. Menambah ramai suasana di Rumah Dunia. Pada hari Minggu itu, selain SMANCIL ada tamu dari Jakarta, yaitu dua wartawan dari majalah UMMI, Jakarta. Mereka tertarik menulis Rumah Dunia, sebagai pusat belajar masyarakat yang sudah mendunia.

Dua reporter dari UMMI; Mutia dan Rosita, didaulat untuk menceritakan pengalaman empirisya kepada anak-anak SMANCIL dan peserta kelas menulis Rumah Dunia angkatan ke-6. Sayang, anak-anak SMANCIL hanya ikut sekitar 10 menitan saja, karena sudah harus kembali ke sekolah.

Kedua reporter UMMI itu sangat terkesan dengan kemeriahan dan keterbukaan Rumah Dunia, bagi orang-orang yang belajar menulis. Ya, siapa saja boleh datang dan belajar di Rumah Dunia. Mereka juga terkejut ketika tahu peserta kelas menulis tidak hanya dari Serang, tapi dari seluruh kota di Banten. Bahkan ketika diceritakan tentang Wanja, peserta kelas menulis angkatan ke-5, mahasiswi Univerisitas Sriwijaya, Palembang, yang cuti satu semester, dan Linda, peserta angkatan ke-6, aktivis Komnas HAM Perempuan, yang bolak-balik Jakarta – Serang setiap Minggu, mereka semakin terkesan. ”Tempatnya juga sejuk,” kata mereka. Ya, sejuk sekalee...!

Usai mereka pulang, beberapa peserta kelas menulis angkatan ke-enam; Heri, tatang, membereskan sisa-sisa sampah. Juga membakarnya. Minggu depan rencananya akan datang berkunjung Ponpes Raudhatul Jannah, Cilegon. Mereka juga ingin belajar tulis-menulis. Ditunggu kehadiranya di Rumah Dunia! Jangn malu-malu jika ingin belajar! (Muhzen Den, alumni SMK Pasundan 2 Serang jurusan Listrik dan PJ Perpustakaan)

Menggoyang Teori Evolusi

Hidayatullah.com--Sebuah perguruan tinggi Kristen Baptist di Texas Amerika Serikat, Universitas Baylor, telah melakukan penindasan terhadap kebebasan akademis stafnya, Robert Marks, seorang profesor teknik elektro dan komputer. Kedzaliman ini dilakukan dengan menutup situs internet milik Roberts Marks yang berisi penelitian yang dikerjakannya. Menurut media pemberitaan di Universitas itu, Lariat, 11 September 2007, penelitian di laboratorium Informatika Evolusi yang dikelola profesor Marks mencakup komputasi informatik dan proses evolusi.

Oleh pejabat Universitas Baylor, profesor Marks dianggap tidak mengikuti aturan resmi dalam menerbitkan kegiatan penelitiannya di internet, dan karenanya dibrangus. Kuasa hukum profesor Marks, John Gilmore berpendapat lain. Situs-situs internet fakultas lain tidak diperlakukan oleh pihak universitas seperti itu, sebaliknya situs rekannya, profesor Marks, diperlakukan secara tidak adil dan berat sebelah hanya karena berkaitan dengan intelligent design (Perancangan Cerdas). Perancangan Cerdas secara serius mempertanyakan keabsahan ilmiah teori evolusi.

Profesor Berprestasi Gemilang

Marks adalah profesor yang mengetuai beberapa komite nasional dan internasional, serta tercatat sebagai penulis lebih dari 300 karya ilmiah teknik dan 3 buku. Ia juga telah menerima berbagai penghargaan di bidang computational intelligence (kecerdasan komputasi), tulis situs berita KTKZ News Talk (www.ktkz.com) 17 September 2007, dengan judul The Unpardonable Sin in Academia (Dosa Tak Terampuni di Dunia Akademis).

Florida Baptist Winess, edisi 13 September 2007, melaporkan bahwa di bulan Juni 2007 profesor Robert Marks meluncurkan sebuah situs internet yang diberi judul The Evolutionary Informatics Lab (Laboratirium Informatika Evolusi) untuk mengkaji benar tidaknya informasi baru dapat dimunculkan melalui proses ala Darwin seperti mutasi acak dan seleksi alam.

Hasil penelitian profesor Marks tidaklah sejalan dengan evolusionis. Sebagaimana dipaparkan dalam situs tersebut, kesimpulan yang diperoleh profesor Marks adalah Darwinisme memiliki keterbatasan, dan ini memberikan bukti ilmiah yang mendukung Perancangan Cerdas.

Selain itu, rekaman wawancara dengan profesor Marks muncul di situs internet yang dikelola lembaga pro-Perancangan Cerdas, Discovery Institute, di bulan Juli. Seminggu kemudian, Marks diperintahkan agar segera menutup situs Informatika Evolusi miliknya oleh Benjamin Kelley, dekan fakultas teknik di Universitas Baylor.

Bukan Kasus Pertama

Penindasan kebebasan akademis di Universitas Baylor ini bukanlah kali yang pertama. Sebelumnya, William Dembski dan Frank Beckwith telah menjadi korban pengekangan di universitas yang sama, papar KTKZ News Talk (www.ktkz.com) 17 September 2007.

Pada tahun 2001 Dr. William Dembski dipecat dari jabatan direktur The Michael Polanyi Center karena mengarahkan penelitiannya pada Perancangan Cerdas. Tahun lalu, nasib sama menimpa Frank Beckwith, yang masa kerjanya tidak diperpanjang pihak universitas, meskipun ia diakui sebagai filsuf kelas dunia dengan catatan publikasi luar biasa. Beckwith diberhentikan lantaran pandangannya seputar Perancangan Cerdas. [cr/www.hidayatullah.com]