Harmoni diri

Saat syahadatku sebatas ucapan

Saat shalatku sebatas gerakan

Saat shaumku sebatas kewajiban

Saat zakatku sebatas keharusan

Saat hajiku sebatas kebanggaan

Saat itu pula


kesia-siaan terbesar ada pada diriku

Saat Islamku sebatas pakaian

Saat imanku sebatas ucapan

Saat ikhsanku sebatas pengetahuan

Saat itu pula


ada penipuan terbesar dalam diriku

Saat kematian dianggap hanya cerita

Saat neraka dianggap hanya berita

Saat siksa dianggap hanya kata

Saat itu pula


kesombongan terbesar ada pada diriku

Saat takdir dianggap tak mungkin

Saat hidup kembali dianggap mustahil

Saat Tuhan dianggap nihil

Saat itu pula


kedurhakaan terbesar ada pada diriku

Bukankah aku memiliki pendengaran,

penglihatan dan hati

maka harmoniskanlah semuanya Ya Rabbi

semata hanya untukMu..

Kisah Zahid

Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.“Wahai saudaraku Zahid?.selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah SAW menyapa.

“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid.

“Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah?,” kata Rasulullah SAW.

Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah?”

” Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!” kata Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu dibawah ke rumah Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah Said. Karena di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.

“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku.”

Said menjawab, “Adalah suatu kehormatan buatku.”

Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.

Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?”

Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong?.”

Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini?. bukankah lebih disuruh masuk?”

“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya.

Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata, “Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah?..!” dan Zulfah merasa dirinya terhina.

Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau?bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.”

Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama rasul?”

Akhirnya Said berkata, “Ini yang melamarmu adalah perintah Rasulullah.”

Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dikawinkan dengan pemuda ini. Karena ingat firman Allah dalam Al-Qur?an surat 24 : 51. ?Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh/taat?. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 24:51)”

Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada tara dan segera pamit pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.

“Bagaimana Zahid?”

“Alhamdulillah diterima ya rasul,” jawab Zahid.

“Sudah ada persiapan?”

Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasul, kami tidak memiliki apa-apa.”

Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan Abdurrahman bi Auf. Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan. Dalam kondisi itulah Rasulullah SAW menyerukan umat Islam untuk menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam.

Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa ini?”

Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak mengerti?”.

Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan kubelikan kuda yang terbagus.”

Para sahabat menasehatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?”

Zahid menjawab dengan tegas, “Itu tidak mungkin!”

Lalu Zahid menyitir ayat sebagai berikut, ?Jika bapak-bapak, anak-anak, suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.? (QS. 9:24).

Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dan mati syahid di jalan Allah.

Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.”

Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur?an surat 3 : 169-170 dan 2:154). ?Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati?.(QS 3: 169-170).

?Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.? (QS. 2:154).

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfahpun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”

www.cyberdakwah.wordpress.com

Tangisan negeri yang terdzalimi


Jerit tangis menghiasi penjuru negeri
Karena haus dan lapar
Negeri yang dulu kokoh berdiri
Kini hancur luluh lantak

Para penguasa ber-pesta pora
Diatas segala penderitaan rakyat
Rakyat kecil menjadi korban
Kebiadaban sang penguasa

Jutaan anak manusia terlantar
Tanpa arah dan tujuan
Tiada satupun yang peduli
Akan nasib mereka

Tangan – tangan nakal beraksi
Perut – perut konsumtif dipenuhi
Tanpa rasa berdosa
Mereka ambil hak milik rakyat

Mereka bagaikan anjing-anjing lapar
Dengan rakusnya mereka makan apa yang ada
Tanpa memikirkan nasib rakyatnya
Yang terlunta-lunta di sana sini


Ulah siapakah ini ???

Dimana – mana

Banyak orang terlantar karena lapar

Anak-anak menangis

Kehilangan orang tua

Lahan yang luas kini menjadi sempit

Bumi yang subur kini menjadi renta

Ulah siapa ini ? …….

Sang provokator bermain – main diatas pendritaan

Mereka tak menyadari

Apa yang sebenarnya telah terjadi

Angin semilir berhembus

Menyibak negeri yang terjajah ini

Bencana melanda dimana – mana

Dari timur sampai barat

semua tersapu habis

kecil maupun besar tak dihiraukan

semuanya itu hanya ulah tangan manusia

“ya ALLAH jika ini ajabmu

maka selamatkanlah kami dari ajabmu itu

karena kami pasti takan mampu tahan menerima nya

ya ALLAH semoga engkau mendangar do’a kami”

Keraguan

Kadang aku ragu
Kadang aku jemu
Menjalankan kewajiban ku

Ingin kusesali
Semua perbuatanku
Yang selama ini
Membutakanku

Ingin ku sesali
Semua kesalahanku
Yang selama ini
Menyesatkan ku

Aku orang yang tak mampu
Menjalankan kewajibanku
Yang selama ini melalaikanku
Hingga saat habisnya waktu

Malu????????????????????

Aku malu pada burung-burung yang cantik

Dengan kicauan-Nya yang merdu

Ia senantiasa bertasbih kepada Allah di pagi dan sore hari

Aku juga malu pada jangkrik-jangkrik kecil

Yang selalu memuji asma Rab-Nya

Dengan bunyinya yang tidak pernah putus di setiap malam

Aku juga malu pada Hewan, Tumbuhan, Angin, Gunung, dan yang lain-Nya

Yang tidak pernah mengeluh untuk sujud, tunduk, dan patuh pada sang penciptanya

Dan aku sangat malu padamu ya Allah…..

Karena keangkuhan, kesombongan, dan nafsuku

Telah memalingkan dan membutakan hatiku untuk selalu mengingat dan mematuhimu

Aku takut di saat akhir hayatku

Aku tidak bisa berjumpa denganmu

Aku takut engkau murka padaku

Karena aku amat banyak memikul dosa

Ya Allah…..aku tahu engkau maha pengampun

Dan aku tahu engkau sangatlah pemurah lagi penyayang

Oleh karena itu….aku mohon dengan kerendahan hatiku

Ighfirlii dunuubi…..ighfirlii dunuubi….ighfirlii dunuubi

Dan tunjukilah aku jalan yang lurus

Jalan orang-orang yang engkau ridhoi

Air Mata Rasulullah SAW


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang berseru mengucapkan salam. “ Bolehkah saya masuk ? “ tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk “ maafkanlah, ayahku sedang demam, ‘kata Fatimah yang membalikan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “ siapakah itu wahai anakku ? “, “ tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya, “ tutr Ftimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak di kenang. “ ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikat maut, “ kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisannya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian di panggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “ Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah ? “ Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah. “ pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu, ” kata Jibril “. Tapi itu tidak membuatkan Rasululah lega, matanya masih penuh kecemasan.

“ engkau tidak senang mendengar kabar ini ? “ Tanya Jibril lagi.

“ Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak ? “ “ jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: “ kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya, “ kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melaksanakan tugas. Perlahan ruh Rasulullah di tarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah keluh, urat-urat lehernya menegang. “ Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.”

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejamm Ali yang di sampingnya menunduk semkin dalam dan Jibril memalingkan muka. “ jijikah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril ? “ Tanya Rasulullah pada malaikat pengantr wahyu itu.

“ siapakah yang sangup, melihat kekesih Allah di renggut ajal, “ kata Jibril. Sebentar kemudian Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.

“ ya Allah, dasyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “ badan rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergeter seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendakatkan telinganya. “ Uushiikum bis sholati, wa maa malakat aimanukum – periharalah sholat dan periharalah orang – orang lemah di antaramu.”

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir rasulullah yang mulai kebiruan. “ Ummatii, ummatii, ummatiii? “ – “ umatku, umatku, umatku”.

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya????!!! Allahumma sholli’ala Muhammad wabaarik ‘alaa wa sallim ‘alaihi betapa cintanya rasul kepada kita.