Renungan

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Saat Dia Datang Padamu…

Ya. Dia pasti akan datang kepadamu untuk melakukan tugasnya. Dia pasti datang padamu. Dia akan memutuskan kenikmatan yang engkau peroleh didunia. Siapakah dia? Ya, dia adalah malaikat izra’il.

Katakanlah, “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan.” (QS. As-Sajdah: 11)

“Dan Dialah Penguasa Mutlak atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang diantara kamu, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya.” (QS. Al-An’am: 61)

Dua ayat diatas menunjukkan bahwa ada malaikat yang diberi tugas untuk mencabut nyawa. Malaikat selalu patuh kepada Allah dan tidak pernah melalaikan tugasnya. Sehingga apabila sudah datang ketetapan-Nya, maka malaikat akan melakukan tugasnya. Dimanapun… kapanpun… sesuai ketetapan-Nya.

“Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya…”(QS. Al-Imran: 145)

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu…”(QS. Al-Imran: 185)

Manusia adalah makhluk bernyawa. Dan pasti akan merasakan kematian. Kita pasti akan mati. Sudah siapkah kita dijemput malaikat??? Tanyakanlah pada hatimu sendiri.

Kebanyakan manusia yang terkena penyakit wahn (cinta dunia) itu takut mati. Mereka memandang bahwa kematian akan memisahkan mereka dari kebahagiaan. Padahal tidak demikian. Pernahkah kamu berfikir bagaimana jika Allah memberikanmu keistimewaan yaitu hidup abadi. Hanya kamu manusia yang tidak akan pernah mati. Apakah kamu akan bahagia? Tentu tidak. Kamu akan mengalami banyak kesedihan. Saat satu demi satu orang yang kamu cintai pergi meninggalkanmu untuk selamanya tanpa pernah akan berjumpa lagi. Saat hanya kamu yang hidup didunia dan semua orang meninggalkanmu. Bagaimana perasaanmu? Sedih. Ya. Sedihlah pastinya.

Segala ketetapan Allah adalah sebuah nikmat. Allah Maha Pengasih. Dia akan memberikan kenikmatan kepada makhluk ciptaannya. Begitu pula dengan kematian. Itu adalah sebuah nikmat yang Allah berikan pada manusia.

Tapi bukankah ketika nyawa dicabut itu rasanya sakit? Ya. Memang sakit. Tapi, jika keadaan kita dalam keadaan khusnul khatimah, maka rasa sakit itu tidak akan begitu terasa.

“(yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, meraka (para malaikat)mengatakan (kepada mereka), “salaamun’alaikum, masuklah kedalam syurga karena apa yang telah kamu kerjakan”.”(QS. An-Nahl: 32)

Tapi, jika keadaannya buruk (kafir)/ su’ul khatimah maka sakaratul maut akan terasa sangat menyiksa.

“Dan sekiranya kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka (dan berkata), “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”.” (QS. Al-Anfal: 50)

Begitulah malaikat mencabut nyawa manusia. Sesuai dengan amal perbuatannya. Jika orang-orang ditanya, “Sudah siapkah Anda dijemput malaikat?” mereka menjawab, “Belum, karena saya masih banyak dosa.” Kebanyakan manusia memang seperti itu. Tidak siap meninggalkan dunia ini atau tidak siap masuk ke dunia akhirat. Sesungguhnya Allah lah tempat sebaik-baiknya kembali. Lalu bagaimana cara agar kita siap?

Kita harus mempersiapkannya sebaik mungkin. Yaitu dengan beribadah dengan sungguh-sungguh seakan-akan esok kau meninggal. Jika kamu merasa memiliki banyak dosa, maka banyak-banyaklah bertaubat. Bertaubat kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat.

Ada yang lebih penting yaitu menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan/ menjauhi larangan-Nya. Banyak sekali hal yang Allah perintahkan pada manusia. Bukan hanya yang tertera pada rukun Islam saja yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Masih ada perintah menutup aurat, berpegang teguh pada Islam, berjihad, menetapkan sesuatu sesuai dengan hukum Allah, dan masih banyak lagi. Kita jangan memandang beribadah hanya sekedar yang tertera pada rukun Islam saja. Sebenarnya, semua aktivitas kita bisa bernilai ibadah jika diperintahkan Allah, dicontohkan Rasul, dan Ikhlas.

Persiapkan dirimu sebelum dia datang menjalankan tugasnya. Mungkin hari ini, besok atau lusa dia akan datang. Kuatkan dalam hatimu, “Kematian berarti saatnya aku dipanggil oleh Allah, Sang Cinta Sejati. Aku bahagia karena akan bertemu dengan Sang Cinta, Sang Pencipta… Aku tidak takut. Ku tunjukkan senyumku walaupun orang-orang disekitarku menangisi kepergianku…”

Pohon Yang Rindang

Pohon yang rindang berasal dari biji yang ditanam. Semakin hari pohon semakin tumbuh membesar. Tapi sayang, pohon itu tumbuh digunung yang tinggi. Sehingga angin kencang sering menerpanya.

Semakin hari angin semakin kencang. Sang pohon tanpa pernah ada kata putus asa tetap bertahan. “Bertahanlah… semakin aku bertambah besar, semakin kencang angin yang menerpa…” katanya dalam hati.
Saat datangnya musim kemarau, dia terpaksa menggugurkan daunnya untuk bertahan hidup. Inilah hidup. Penuh dengan pengorbanan.
Semakin hari, semakin sulit air yang ia peroleh. Ia tetap berusaha. Memanjangkan akarnya kebumi untuk mencari air. Hanya untuk bertahan hidup… Angin yang menerpanya semakin kencang saja.

Tanpa dia sadari… kesulitan-kesulitan itu berbuah manis. Akarnya sangat kokoh menancap kedalam bumi. Batangnya tegak berdiri menantang angin. Daunnya rindang dan memberikan kesejukan bagi yang berteduh dibawahnya, dan buahnya… manis.
Itulah sebuah perjuangan. Setelah kesulitan ada kemudahan, setelah kesedihan ada kebahagiaan. Belajarlah dari pohon itu untuk tabah menghadapi ujian. Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin yang menerpanya. Begitupula pada manusia… semakin beriman, semakin sulit ujiannya.
Keep Istiqomah^^